Kamis, 21 Januari 2016

Memajalahkan Nahdliyyin


PelajarNUPurworejo.Org - Beberapa bulan yang lalu Mas Nop mengajak saya untuk membuat suatu produk jurnalistik. Setelah di rembug akhirnya pilihan nama jatuh pada Nahdliyyin. Buletin yang rencananya terbit dua minggu sekali. Semangat saya dan mas nop waktu itu sedang pol-pol an. Apalagi NU dan Banom baru saja sukses mengadakan jalan santai yang diikuti 18.000-an peserta. Maka, saat itu saya dan Mas Nop sowan ke Ketua Tanfidziyah, beliau KH. Hamid Abdul Kadir. Kami mengutarakan maksud penerbitan sekaligus wawancara.

Setelah melalui berbagai macam proses, jadilh sebuah buletin delapan halaman. Covernya full color. Kertasnya HVS +. Alus dan meling-meling. Kami terbitkan saat Konfercab NU. Banyak sesepuh yang kaget dan apresiasi. Sudah sekian lama NU kering dengan jurnalistik. Padahal sohib sebelah seperti HTI begitu maju dan niat dengan bidang garapan ini. Di rumah sakit rumah sakit misalnya, buletin mereka bahkan sampai ke kamar-kamar. Kurang joss dan pass apa lagi coba. Menceramahi orang-orang yang merasa dekat dengan kematian dengan semangat jihad dan khilafah. Mantappp, rek. Bagi sesepuh yang sadar dengan produk Jurnalistik ini, harga 5000 yang waktu itu kita tentukan masih terlalu murah, Banyak yang menebus nya dengan 10.000 bahkan hingga 50.000 rupiah. Walhasil, hasil penjualan waktu itu ditambah iklan yang sudah lumayan banyak membuat kami sireng-sireng, berbinar-binar. Tatapan optimis kami meningkat sak garis ke level yang lebih tinggi.

Tapi… bukanlah anak muda namanya, jika urusan perasaan masih gampang labil. Setelah proses yang begitu mulus dan gayeng, buletin Nahdliyyin kami lenyap. Seperti anak muda kebanyakan kami beralasan dengan kesibukan, padahalndopok dan tidur 25 jam sehari. Buletin yang kami dan para sesepuh gadang-gadang tak kunjung terbit lagi. Saya dan Mas Nop pun kembali berembug. Saya ajak juga Mas Faqih Alwi koordinator Lembaga Pers dan Penerbitan IPNU. Buletin Nahdliyyin harus terbit lagi. Setelah rembag-rembug rembag-rembug, buletin Nahdliyyin diputuskan banting setir ke buletin mingguan. Menjadi buletin jumat yang terbit di Masjid-Masjid setiap menjelang Jum’atan. Tampilannya jauh lebih ekonomis. Kertasnya HVS biasa. Ukurannya diperkecil. Halamannya dikurangi. Otomatis kolom iklan jadi menyempit. Hehe.
Dengan tampilan yang baru dan dikerjasamakan dengan LPP IPNU ini Nahdliyyin memang menjadi lebih  istiqomah terbit. Setiap minggu terbit ke Masjid-masjid. Dicetak semampunya sesuai iklan yang masuk. Kader IPNU bergantian mengisi rubrik.

Nah, ketika sudah mulai sampai ke titik nyaman dengan penerbitan yang sederhana, Cak Luk, seorang wartawan senior di rumah sibak, datang mengajak saya dan mas Nop membuat majalah. Cak Luk seperti mengingatkan lagi cita-cita lama saya dan mas Nop. Pengalamannya di surat kabar membuat saya jadi optimis lagi. Menejemen baru dibentuk. Redaktur ditentukan. Dalam waktu yang singkat, 11 orang dalam projek ini sudah langsung di jatahi job sesuai bidangnya. Cakluk, Mas Nop dan saya ada pada bagian redaktur yang bertugas menggodog rubrik. Mas Imam bertanggung jawab di bidang menejemen. Chakim dan Qosim langsung tancap gas mencari sponsor.

Sore kemarin pun Saya dan Cakluk ditemani beberapa crew Nahdliyyin sowan ke Tanfidz dan Rois Suriah. Menjelaskan dan memohon ridlo soal penerbitan Majalah Nahdliyyin ini. Seperti waktu yang lalu, Pak Hamid pun sangat mendukung. Begitupun Habib Hasan selaku Rois Suriah menyatakan bangga dan memang sudah waktunya NU bergerak di bidang Jurnalistik. Menurut beliau hari ini sudah sangat telat. Sowan ke kedua tokoh ini memberikan energi positif yang luar biasa sebelum kami benar-benar memajalahkan Nahdliyyin. Sebelum pulang, Habib Hasan memberi kami masing-masing satu bungkus rokok sebagai bukti cinta. Aihhh.
Sekarang, tinggal bagaimana sekumpulan anak muda ini tidak gampang labil lagi. Benar-benar berusaha istiqomah dan tidak gampang mundur dalam berkarya. Bagi saya sendiri, memajalahkan Nahdliyyin bukan sekedar menebalkan halaman dan membaguskan tampilan produk. Memajalahkan nahdliyyin adalah soal menyadarkan warga nahdliyyin tentang modernitas yang sudah ada di depan mata. Pengajian dari kampung ke kampung harus dilengkapi dengan sebuah produk yang bisa diterima kota dan anak-anak muda. Memajalahkan Nahdliyyin juga berarti mempersatukan warga nahdliyyin yang kadang terkotak-kotak karena berbagai alasan. Majalah ini harus mampu menjadi pemersatu warga Nahdliyyin.
Bismillah.

About the Author

MbahDoyok

Author & Editor

Has laoreet percipitur ad. Vide interesset in mei, no his legimus verterem. Et nostrum imperdiet appellantur usu, mnesarchum referrentur id vim.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Majalah Nahdliyyin © 2015 - Designed by Templateism.com, Plugins By MyBloggerLab.com